Sabtu, 26 September 2009

“Jipe jinggo.”


Membaca Kompas Sabtu 26 September 2009 tentang kisah sukses beberapa orang saudagar di Lampung memberikan justifikasi kepada kita bahwa untuk menjadi sukses bisa berawal dari kondisi seperti apapun, bisa jadi memang tadinya dia orang kaya atau bisa juga orang yang tidak punya. Karena orang kaya ternyata tidak tergantung pada jumlah penghasilan namun lebih daripada itu adalah bagaimana dia bisa mengelola pengeluaran yang secara prinsip haruslah lebih kecil daripada pendapatan. Kisah Bapak Haji Lulut saudagar sukses yang tadinya hanya mampu tidur di emperan pasar beralaskan kardus dengan baju “jipe jinggo” yaitu “siji dipepe siji dienggo” ( maksudnya hanya punya dua baju , kalau satu dipakai yang satunya dijemur ) , akan menjadi topik diskusi kita dalam tulisan berikut.

Ada 2 variabel yaitu tingkat kompetensi dan kualitas serta kuantitas langkah tindakan yang bisa kita gunakan untuk menggambarkan 4 kelompok orang yaitu mereka yang tidak punya kompetensi dan tidak berbuat apa-apa yang bisa dipastikan bahwa kelompok ini termasuk yang harus dijauhi ; kelompok kedua yang ideal adalah mereka yang smart dan mengambil langkah tindakan yang konkrit dan tentunya akan membawa hasil yang maksimum. 2 Kelompok yang lain adalah mereka yang memprioritaskan kompetensi tapi tidak berbuat apa-apa dan mereka yang tidak punya kompetensi tapi melakukan suatu tindakan yang nyata.

Ternyata bahwa tindakan nyata walaupun salah lebih berpotensi mendatangkan hasil dibandingkan mereka yang tidak berbuat apa-apa. Walaupun tidak berarti bahwa mereka tidak meningkatkan kompetensi , karena proses peningkatan kompetensi terjadi pada saat mereka mengalami masalah dan terjadi proses pembelajaran dari pengalaman.

Lantas bagaimana peranan pendidikan nonformal disini ?

Dari uraian diatas kita bisa mengetahui bahwa para saudagar yang kita sebut-sebut terdahulu bukannya orang-orang yang bodoh dalam artian tidak punya pengetahuan , ketrampilan maupun sikap yang tepat , karena walaupun barangkali mereka tidak pernah mengenyam pendidikan formal yang cukup namun pengalaman dan tantangan kehidupan telah mengajarkan banyak hal kepada mereka. Saran yang bisa kita berikan disini adalah alangkah baiknya apabila teman-teman kita para saudagar tersebut menambah ketrampilan manajerial mereka melalui pendidikan nonformal yang akan semakin memantapkan langkah mereka dalam pengembangan usaha.

Sesuatu yang tidak bisa dihindari bahwa dalam kehidupan selalu berlangsung fenomena siklus hidup bagaikan roda pedati “sekali diatas sekali dibawah “, “what goes up must come down”. Kita bisa menelusuri sepanjang sejarah tentang jatuh bangunnya perekonomian global. Siklus ini berulang terus walaupun barangkali tidak pada periode yang tepat sama namun ada pengulangan-pengulangan yang seringkali tidak bisa kita prediksi secara akurat.

Salah satu langkah yang bisa kita ambil dalam menyikapi siklus ini adalah melengkapi diri dengan kompetensi yang diperlukan agar kita bisa mengambil langkah-langkah nyata berdasarkan pengalaman orang lain yang lebih dulu tahu. Sarana pendidikan nonformal sudah cukup banyak tersedia untuk menambah kompetensi kita. Orang yang kompeten tentunya akan bekerja dengan kinerja yang lebih baik. Orang yang kompeten tentunya lebih tahu bagaimana mengatasi dan memecahkan persoalan. Dalam kondisi dimana bisnis kita sedang turun orang-orang yang kompeten tahu bagaimana mengalihkan usaha kebidang lain dan ketrampilan baru yang diperlukan bisa diperoleh melalui kursus maupun pelatihan-pelatihan terkait.

Akhirnya kesimpulan yang bisa kita tarik dari diskusi ini adalah bahwa langkah nyata mengambil tidakan lebih menjanjikan hasil walaupun seseorang tidak memiliki kompetensi yang memadai. Namun perlu dicatat bahwa untuk bisa meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik diperlukan hasil yang lebih banyak. Ini hanya bisa didapatkan apabila kita memang memiliki kompetensi yang tinggi sekaligus juga kita melakukan sesuatu secara konsisten melalui berbagai kesulitan dan tantangan. Untuk menjadi kompeten sarana yang ada adalah melalui pendidikan bukan ? Salam Fortuna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar