Sabtu, 22 November 2008

MEMAHAMI PEMASARAN DI DUNIA TATA KECANTIKAN RAMBUT DAN KULIT

Arti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Usaha Salon

Dalam dunia usaha yang semakin bersaing, tantangan yang dihadapi para pengusaha Salon Kecantikan akan semakin berat dalam usahanya untuk menawarkan jasanya ke arena persaingan. Segala usaha dibidang pemasaran (marketing) harus ditempuh sehingga penggarapan secara sungguh-sungguh agar tidak terlempar ke luar "persaingan" akibat semakin banyaknya orang yang sama dalam bidang yang telah digarap. Dalam persaingan yang semakin ketat, kegiatan peningkatan proses operasional tidak lagi dipandang sebagai masalah yang berat dibandingkan dengan kegiatan memasarkan jasa yang dihasilkannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam memasarkan merupakan kunci keberhasilan dari suatu usaha salon. Kegiatan pemasaran memiliki nilai positif baik dilihat dari sisi konsumen maupun dari sisi produsen. Dari sisi konsumen, pemasaran dipandang sebagai kegiatan yang dapat menawarkan berbagai alternatif alat pemuas kebutuhan, sehingga nilai kepuasan itu sendiri bertambah besar.


Dari sisi produsen, pemasaran sebagai kegiatan untuk lebih meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, pemasaran sesungguhnya bukan sematamata berkaitan dengan kepentingan produsen saja melainkan juga kepentingan konsumen.


Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh usaha salon untuk mempertahankan kelangsungan hidup, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Arti pemasaran biasanya sering disalah artikan dengan pengertian penjualan, perdagangan dan distribusi. Padahal istilah-istilah tersebut hanya merupakan satu bagian dari aktivitas pemasaran secara keseluruhan. Proses pemasaran dimulai jauh sebelum kegiatan operasional sebuah salon dan tidak berakhir dengan sales saja tetapi juga bagaimana dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.


Aplikasi pemikiran Kotler tentang konsep inti pemasaran Pemasaran yaitu Kebutuhan , keinginan dan permintaan pada usaha salon.


Manusia membutuhkan banyak hal dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Abraham Maslow dimulai dari kebutuhan yang sangat basic yaitu fisiologis. Yang perlu dicermati adalah bahwa kita perlu membedakan antara kebutuhan , keinginan dan permintaan. Kotler mendefinisikan bahwa kebutuhan manusia (human needs) adalah ketidakberadaan beberapa pemuas dasar. Kebutuhan ini sendiri bukanlah diciptakan oleh masyarakat atau para pemasar , karena kebutuhan merupakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hakikat biologis dan kondisi manusia.


Selanjutnya Kotler mengatakan bahwa keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Seorang wanita membutuhkan penampilan yang lebih cantik sehingga mereka ingin datang ke Salon untuk di Make up atau dirias rambutnya. Namun datang ke salon hanyalah salah satu keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan tampil cantik. Tidak semua orang ingin datang ke Salon ada yang datang ke orang pintar agar dipasang pellet untuk menambah cantik penampilan ada juga yang datang ke dokter bedah untuk di operasi wajahnya.


Bagi para pemasar yang perlu disadari ialah bahwa tidak semua keinginan itu akan menimbulkan suatu demand atau permintaan akan produk dan jasa kita. Demand masih mempersyaratkan satu hal lagi yaitu purchasing power. Apakah seseorang memliliki cukup uang untuk dating ke salon , ke orang pintar atau ke Dokter tergantung kepada daya beli masing-masing. Adalah tugas seorang pemasar untuk merubah kebutuhan yang inherent ada dalam masyarakat untuk tampil cantik menjadi suatu permintaan akan jasa pelayanan salon kita.


Permintaan (demands) adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan jadi permintaan jika didukung oleh daya beli. Banyak orang yang menginginkanoperasi plastik, namun hanya sedikit yang mampu dan bersedia untuk membayar ongkos operasi. Karena itu pengusaha salon harus mengukur tidak hanya berapa banyak orang yang menginginkan jasa mereka , tetapi yang lebih penting berapa banyak orang yang benar-benar bersedia dan mampu membayar biayanya. Inilah yang kemudian menjadi jawaban atas adanya pertanyaan apakah "pemasar menciptakan kebutuhan" atau "pemasar membuat orang membeli barang yang tidak mereka inginkan".


Pemasar tidak menciptakan kebutuhan tetapi kebutuhan sudah ada sebelumnya. Pemasar, seperti juga pengaruh sosial lain, mempengaruhi keinginan. Pemasar dapat menawarkan gagasan bahwa make up dapat memenuhi kebutuhan seseorang akan arti kecantikan. Pemasar mempengaruhi permintaan dengan menawarkan suatu produk yang sesuai , memiliki daya tarik, terjangkau, dan mudah didapatkan oleh konsumen yang dijadikan target. (Bersambung). Disadur dari Buku Pemasaran Karangan Philip Kotler oleh Dra. Marfati Ambar MM. Salam Fortuna
Baca selengkapnya..

Sabtu, 25 Oktober 2008

Proses belajar orang dewasa catatan pengalaman kami


Pendidikan nonformal seringkali dihadapkan dengan masalah proses pembelajaran orang dewasa karena mereka yang mengikuti pelatihan ketrampilan umumnya bukan anak-anak lagi. Dalam tulisan ini kita akan membahas sekilas tentang proses pembelajaran orang dewasa berdasarkan pengalaman kami.

PERBEDAAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pendidikan bersangkut paut dgn pemberian pengetahuan umum , sikap dan keterampilan untuk kepentingan pengembangan jangka panjang.
Pelatihan ditujukan untuk menyempurnakan pengetahuan keterampilan dan perilaku khusus yang diperlukan untuk pekerjaan tertentu sehingga para peserta dapat melaksanakan pekerjaannya lebih efektif dan efisien.

BELAJAR DAN MENGAJAR
BELAJAR

• Adalah suatu proses aktif.
• Ada di mana kita dapat melihat perubahan perilaku.
MENGAJAR
Adalah membuat mampu belajar dengan :
• Memberikan informasi.
• Menggunakan pengetahuan dan pengalaman dari para peserta.
• Merencanakan kegiatan pelatihan yang sesuai.


TUJUH PRINSIP DARI ORANG DEWASA

1. MOTIVASI

Memotivasi adalah penting untuk belajar
• Orang dewasa mau belajar hanya bila mereka mau belajar.
• Orang dewasa akan meninggalkan kebiasaan lama, dan menerima ketram pilan baru.
• Mereka mau belajar hanya bila mereka rasakan ada keuntungannya dari pela jaran tersebut.
• Instruktur harus membuat jelas bagaimana belajar dapat bermanfaat bagi peserta.

2. DAUR BELAJAR
Belajar adalah proses dasar dan berlanjut
• PENGALAMAN NYATA(Kejadian)
• REFLEKSI (Memikirkan kejadian)
• TEORI (Memahami apa yang terjadi dan mencari Petunjuk-petunjuk)
• EKSPERIMENTASI (Coba ulang atau melaksanakan dengan cara lain)

3. BELAJAR MEMERLUKAN MENGERJAKAN
Belajar memerlukan mengerjakan
• Mengerjakan” mengacu kepada semua pelatihan yang memerlukan keterlibatan aktif dari bagian peserta
• praktek keterampilan
• menjawab pertanyaan-pertanyaan
• mengamati dan menilai / mengkaji (assessing ) kinerja
• ingat apa yang kita dengar, kita lupa
apa yang kita lihat, kita ingat
apa yang kita kerjakan, kita bisa

4. ORANG TIDAK DAPAT MEMUSATKAN PERHATIAN UNTUK WAKTU MENDENGAR DALAM WAKTU YANG LAMA.
Orang tidak dapat memusatkan (konsen trasi) pendengaran dalam waktu lama
Kurva perhatian
Setelah 15 menit perhatian mulai menurun

5. ORANG MENGINGAT LEBIH BANYAK DARI KOMBINASI MENDENGAR DAN MELIHAT DARI PADA HANYA MENDENGAR SAJA
Orang mengingat lebih lama mendengar dan melihat dari pada mendengar

6. ORANG BELAJAR LEBIH DARI SITUASI KEHIDUPAN NYATA
Orang belajar lebih banyak dari situasi kenyataan hidup
Metode-metode pelatihan dapat digolongkan sesuai dengan keefektifannya dalam mengajarkan ketrampilan. Dari daftar metode dibawah ini kita lihat bahwa ,urutannya semakin kebawah semakin efektif
- ceramah.
- kata-kata tertulis.
- televisi atau film.
- video (dgn bantuan teks).
- peragaan.
- latihan.
- studi kasus.
Artinya metode ceramah adalah metode yang paling tidak efektif. Yang paling efektif adalah dari pengalaman kehidupan nyata

7. ORANG CENDERUNG UNTUK MENGULANG PERILAKU BILA DIPUJI

SARAN BAGAIMANA MENGAJAR ORANG DEWASA
1. Jangan perlakukan orang dewasa seperti anak kecil.
2. Gunakan pengetahuan dan pengalaman para peserta.tanyakan lebih dari pada anda katakan, hanya katakan apa yang mereka tidak tahu.
3. Jangan bicara lebih dari 15 menit.
4. Gunakan visual.
5. Berikan untuk kegiatan : katakan , perlihatkan , biarkan mereka mengerjakan.
6. Tiap pelajaran harus berisikan : bicara, kegiatan dan refleksi terhadap kegiatan.
7. Tunjukkan kepada para peserta bagaimana kegiatan ada kaitannya dengan pekerjaan mereka.
8. Pilih kegiatan sedekat mungkin dengan kehidupan nyata.
9. Belajar harus menarik dan menyenangkan. Berikan keanekaragaman (variasi) dalam metode mengajar , visual , kerja kelompok dan perorangan.
10. Beri dorongan agar para peserta belajar dari satu sama lain.
11.Adakan suasana hangat dan meningkatkan semangat belajar.


Baca selengkapnya..

Rabu, 22 Oktober 2008

Aplikasi Konsep Occupational Competency Based dalam Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills).


Upaya Pengembangan Sumber Daya manusia saat ini semakin banyak diberikan perhatian oleh banyak pihak baik dalam skala lokal , regional maupun global. Hampir semua konsep manajemen terkini menempatkan kompetensi Sumber daya manusia sebagai prasyarat untuk bisa mengembangkan kinerja suatu organisasi secara keseluruhan.

ISO 9001 versi 2008 maupun versi sebelumnya senantiasa mengharapkan bahwa semua orang yang mengerjakan tugasnya haruslah didukung dengan kemampuan terkait yang dibuktikan dengan sertifikat atau pengalaman yang terdokumentasi dan bisa ditunjukkan buktinya.

Konsep yang akhir-akhir ini cukup populer seperti misalnya Balanced Scorecard menempatkan perspektif Modal Sumber daya manusia ( Human capital ) sebagai titik awal dan titik tolak upaya peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan. Disini pendekatan tentang masalah manusia mengalami pergeseran dari mulai manajemen personalia , kemudian manajemen SDM ( Human Resources Management ) dan sekarang manusia telah ditingkatan harkatnya dalam organisasi sebagai capital atau modal utama dan dikelola melalui Human Capital Management.

Untuk meningkatkan kinerja organisasi tentunya pertama berawal dari Sasaran organisasi yang bersumber dari Visi atau dream organisasi dan Misi yang diemban untuk mewujudkan impiannya. Sasaran organisasi dideploy lagi kebawah keseluruh jajaran secara berjenjang. Agar supaya sasaran bisa dicapai maka tentunya diperlukan berbagai Standard Operating Procedure untuk meyakinkan bahwa proses meraih sasaran bisa berjalan dengan baik.


Prosedur harus ada untuk proses yang memang memerlukan adanya prosedur. Kesemuanya tentu berawal dari penyusunan struktur organisasi yang jelas , pembagian tugas yang tidak tumpang tindih dan kemudian tata cara berkomunikasi dan berkoordinasi menjadi kebutuhan selanjutnya agar organisasi berjalan dengan baik.

Secara umum organisasi sulit berjalan dengan baik apabila tidak ada uraian tugas atau job description yang tersusun dengan baik dan jelas. Job description ini akan memungkinkan kita bisa menyusun persyaratan yang diperlukan untuk bisa menduduki suatu posisi dalam organisasi. Inilah yang kemudian kita istilahkan sebagai Occupational Competency , tidak hanya sekedar competency. Karena Competency yang tidak occupational atau tidak terkait dengan tempat kita melakukan aktifitas tidak akan berkontribusi terhadap pencapaian sasaran kinerja organisasi apapun baik Pemerintah , Swasta maupun kemasyarakatan.

Diskusi selanjutnya adalah bagaimana kita mengkaitkan hal diatas dengan upaya Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jendral PNFI khususnya di jalur Pendidikan Non Formal mengembangkan Program Life Skills. Yang jelas bahwa Program life skills dijalankan untuk meningkatkan ketrampilan, kecakapan, dan profesionalisme warga belajar sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik dan jiwanya, serta potensi lingkungannya, sebagai bekal untuk dapat bekerja atau berusaha mandiri dalam rangka mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan dan buta aksara yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

Seseorang dikatakan kompeten untuk melaksanakan tugasnya apabila dia memiliki pengetahuan terkait tugasnya , ketrampilan melaksanakan tugasnya dan memiliki sikap dan perilaku yang mendukung kegiatan dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian apabila kita memberikan pembekalan kepada obyek program Life skills maka materi pembekalan ketrampilan haruslah memang sifatnya occupational sesuai tuntutan pekerjaan.



Mengingat Program Life Skills menyangkut dana yang cukup besar maka perlu dipertimbangkan atau dievaluasi apakah kompentensi yang diharapkan bisa dicapai setelah melalui prose pembekalan sesuai dengan bidang kegiatan yang dilakukan. Memang kita memiliki tools untuk mengevaluasi keberhasilan Program melalui pembuktian diterimanya obyek program atau peserta program Life Skills di DUDI. Namun itu hanya bisa dilihat setelah proses pembekalan selesai. Yang diharapkan adalah bahwa justru sebelum pembekalan dilakukan harus ada suatu kepastian bahwa proses pembekalan sesuai dengan kurikulum standard dan SKKNI. Salam Fortuna
Baca selengkapnya..

Senin, 06 Oktober 2008

Selasa, 23 September 2008

Kepedulian terhadap lingkungan.


Munculnya konsep Sistem Manajemen Lingkungan paling tidak dipicu oleh kondisi dimana kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan sangat rendah sehingga terpaksa harus diatur dengan suatu pedoman.
Yang perlu diketahui bahwa isu tentang lingkungan tidak hanya masalah dalam negeri. Saat ini pengaruh lingkungan telah menjadi isu global dimana dampak dari upaya manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya ternyata telah membawa korban yaitu kondisi lingkungan. Ancaman global warming atau pemanasan global telah menjadi topic diskusi yang sangat penting melibatkan seluruh pihak.

ISO 14001 sebagai suatu standard internasional memberikan guidance kepada kita bagaimana kita bisa menyusun , menerapkan , memantau dan mengambil tindakan pencegahan dan perbaikan terhadap implementasi system manajemen tersebut. Selain itu juga berbagai Peraturan perundang-undangan juga diatur didalam negeri , untuk memberikan ketegasan aspek hukumnya.

LPM Lentera Fortuna sendiri dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan dan kursus juga peduli tentang lingkungan. Dalam prakteknya LPM Lentera Fortuna tidak melakukan kegiatan terkait lingkungan yang menerapkan teknologi canggih , Lentera Fortuna memulai dengan langkah sederhana yaitu masalah kebersihan yang terkait langsung dengan kesehatan masyarakat. Keikut sertaan dalam kampanye mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu bentuk kegiatan yang nyata dan mudah untuk dilaksanakan serta mendapat respons yang cukup baik.

Proses perubahan terhadap kebisaaan yang telah berurat berakar dalam kehidupan sehari-hari memang memerlukan waktu lama. Proses perubahan yang radikal memang bisa saja dilakukan tetapi akan mengalami hambatan yang besar. Oleh karena itu mestinya kita sepakat bahwa perubahan dilakukan terhadap hal-hal yang kecil dulu , yang bisa kita lakukan terhadap diri kita dulu dan yang penting tidak boleh ditunda-tunda lagi harus mulai dari saat ini juga.

Disinilah kita bisa melihat betapa peranan pendidikan informal dan nonformal sangat diharapkan. Pendidikan terutama sikap bisa dimulai di lingkungan keluarga dan terkait langsung dengan kompetensi yang memang kita perlukan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Tingkatkan dan pertanhankan terus kometensi kita. Salam Fortuna.


Baca selengkapnya..

Senin, 22 September 2008

Upaya LPM Lentera Fortuna untuk berkontribusi dalam kampanye cuci tangan menggunakan sabun.


Terilhami oleh Seminar tentang Hand washing Campaign yang diselenggarakan oleh WHO kami merasa sangat tergerak untuk ikut berkontribusi dalam upaya mengamati ,menciptakan , menjaga , dan menjalankan kegiatan terkait dengan kebersihan lingkungan. Didalam setiap program yang kami selenggarakan , kami berupaya menyelipkan kegiatan cuci tangan menggunakan sabun.




Mengutip dari Wilkipedia kebersihan didefinisikan sebagai keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya. Seringkali memang kita merasa sudah bersih setelah hanya sekedar cuci tangan ala kadarnya. Namun memang tidak cukup hanya kelihatan bersih , perlu di yakinkan apakah memang tangan kita betul-betul bersih.

Pada dasarnya kegiatan kampanye cuci tangan menggunakan sabun mendapatkan respons cukup baik , jadi sebetulnya tinggal masalah kepedulian. Apabila ada yang mau memotori kegiatan ini maka semuanya pasti akan merespons. Pada saat kami menyelenggarakan Program KWK di LPM Lentera Fortuna , Dinas Pendidikan Kota Depok dipimpin oleh Kepala Dinasnya Ibu Ety Suryahati SE MSi saat itu juga berkenan ikut berpartisipasi dalam kegiatan Hand washing Campaign ini.




Mencuci adalah salah satu cara menjaga kebersihan dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen. Mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan produk kebersihan tangan merupakan cara terbaik dalam mencegah penularan influenza dan batuk-pilek. Adalah menjadi tugas kita semua untuk membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun menjadi suatu kebutuhan , mulai sejak usia dini , disisi lain sebetulnya tidak ada seorangpun yang tidak suka dengan kondisi sehat semua orang inginnya selalu sehat.
Salam Fortuna

Baca selengkapnya..